Mendengar nama sampah, pikiran kita tentu akan tertuju kepada kotoran, sisa atau barang bekas walaupun ada barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan. Memanfaatkan sampah adalah kerajinan dan kreatifitas sebagai bukti kecintaan kepada lingkungan dan alam semesta. Lain halnya dengan budaya sampah, budaya sampah adalah budaya yang sama sekali tidak layak dijadikan budaya walau budaya sendiri memiliki konotasi positif sebagai suatu seni yaitu ke-Indahan sebagai hasil cipta, rasa dan karya manusia.
Sepertinya juga beragama, beragama pun juga berbudaya karena agama adalah bagian dari budaya, maka membudayakan agama adalah bagian dari seni hidup, seni menata hidup, seni memaknai hidup dan seni mehami hidup. Beragama memiliki makna lain yaitu menata, mengatur dan beretika meskipun yang beragama ada yang tidak teratur dan tidak beretika, tetapi sejatinya beragama adalah berbudaya dengan budaya baik.
Sampah bagi sebagian belum tentu sampah bagi sebagian yang lain, sebab sesuatu yang masih bisa dimanfaatkan tidak dapat disebut sampah. Pun juga erotisme dan penghinaan terhadap ajaran lain adalah budaya sampah bagi manusia Indonesia, meskipun bangsa-bangsa lain menyebutnya sebagai seni dan kebebasan berbudaya.
Sampah adalah barang bekas yang tidak layak pakai, Manusia sebagai makluk yang dikarunia akal dan segala potensi yang dimilikinya, tentu dapat memilah-milah mana yang layak dipakai dan mana yang layak di buang ke tempat sampah. Bagaimanapun bagusnya label sebuah produk manakala tidak layak atau tidak cocok dipakai oleh manusia makhluk berbudaya ini, maka itulah sampah.
Sampah tidak lagi membedakan produk dan label, sebab jika sudah berada di tempat sampah, nilainya pun menjadi sama kecuali jika mengalami daur ulang.
Ketika publik Internasional berlomba-lomba meracuni fikir manusia Indonesia dengan barang-barang sampah yang dari negerinya sendiri manusianya bosan, manusia Indonesia berlomba-lomba mengimpornya dengan memberi label mewah walau tanpa melewati standarisasi SNI yang dalam bahasa vulgarnya sensor.
Indonesia itu jika diibarat wanita, ia adalah wanita tercantik, mulus juga tulus. Cantik karena menjadi rebutan dan pasar yang paling ramai, mulus karena sebagian besar bentang alamnya menganga bisa dijama dari wilayah mana saja, dan tulus karena walau bagaimanapun menjamur budaya dan bahasa tetap berada dalam bingkai negeri nusantara yang belum bisa ditiru oleh bangsa-bangsa lain. Kalau dunia mau jujur, maka satu-satunya negeri yang tidak pernah membagi manusianya ke dalam kelas-kelas hitam dan putih, itu adalah Indonesia.