Baca
buku, sudah lama saya tidak baca buku. Selama ini saya hanya membaca
lewat artikel-artikel jejaring sosial. Kali ini saya merasa membaca
adalah kewajiban, dalam 2 hari saya gunakan waktu libur sabtu dan minggu
untuk menghabiskan 1 buku full, isinya semuanya hikmah, tanpa sengaja
mata saya tak terbendung menahan haru, lagi-lagi saya introspeksi diri
dan bercermin ; "ternyata saya belum ikhlas"
Istri saya protes kenapa dalam 2 hari saya lebih banyak memilih membaca
buku ketimbang mengkhatamkan Qur'an 1 juz setiap harinya,. Terus terang
saya belum bisa menjawab takut salah persepsi, bathin saya hanya bicara
mana mungkin jika saya membaca hanya sebatas tenggorokan, bukankah itu
artinya saya tidak ikhlas. Fikiran saya diseret ke masa beberapa tahun
yang lalu ketika diisi seorang senior dalam sebuah kajian ringan pekan.
Beliau bicara tentang hakikat Islam bahwa Islam hakikatnya adalah
"ikhlas" dan identik dengan kualitas bukan kwantitas tapi bukan
bermaksud menyalahkan yang banyak, tidak ada maksud sama sekali karena
wilayah yang saya maksud adalah perenungan (kontemplasi).
Seperti kisah seorang mujahid di masa Rosulullah yang Beliau golongkan
bukan sebagai ahli syurga karena mendahului ketentuan Allah, "tidak
ikhlas" menahan rasa sakit ketika dihujam pedang di medan jihad padahal
syurga sudah di muara.
Atau juga kisah seorang PSK yang dijamin
masuk syurga hanya karena 'amal yang sederhana memberi minum seeker
anjing yang kahausan di padang pasir.
Atau juga kisa seorang
ahlul i'badah yang menjadi ahli neraka ketika diuji dengan 3 pilihan
khamar, berzina dan atau membunuh kemudian ia lebih memilih khamar lalu
menyikat ketika dosa-dosa tersebut, ia tidak ikhlas.
Atau juga
kisah seorang sahabat yang Rosulullah bilang bahwa ia ahli Syurga hanya
karena ke-ikhlasan-nya memulyakan tamu padahal sahabat yang lain ketika
menyelidik 'amalannya biasa-biasa saja.
Tidak sedikit juga para
ahli ibadah dan ahli ibadah yang terjerumus yang bergelimang dosa,
padahal ibadahnya banyak hingga jidatnya menghitam.
Yah sekali "Harus Ikhlas", Banyak yang ikhlas jauh lebih baik ketimbang "Sedikit yang tidak Ikhlas"